Kamis, 11 Juni 2009

JUJUR Kacang Ijo

EK, seorang sahabat saya yang berprofesi sebagai seorang guru curhat pada saya tentang koleganya di sekolah tempatnya mengajar. Dia cerita kalau temannya yang -menurut EK- yang tidak jujur terhadap dirinya sendiri dicalonkan menjadi kepala sekolah. Saya hanya cengar-cengir mendengar ceritanya yang disampaikan dengan semangat '45. Saya tanyakan padanya apa yang membuat ia pede menyebutkan kalau si teman tidak bisa jujur teradap dirinya sendiri. Dengan tetap semangat dia beberkan "dosa-dosa" si teman. " Coba aja, Cho (dia memanggil saya Icho). Apa pantes kalo guru bocorin soal-soal ujian sekolah? biar nilai anak2 bagus trus dia dibilang berhasil mengajar? Trus, dia sering ninggalin kelas kalo pas dia ngajar dengan alasan ada tamu padahal enggak atau panggilin anak yang dianggap punya masalah ke kantor. Trus, dia pernah pinjam kumpulan materi dan soal pelajaran yang dia ajar di skul lain sama temen gw. Dan lo tau apa yang terjadi? dia mengkopinya, menjilidnya, dan mengganti atau menambahkan cover yang ditulisnya disusun oleh ... (dia menyebut nama si teman dengan gaya nyinyir dan saya kembali nyengir melihatnya). Itu kan karya cipta hasil pemikiran orang yang dia akui sebagai karyanya. GAK JUJUR. Belom lagi kebohongan publiknya... wuahh, gw merinding tau dengernya ..." EK mengambil nafas. Saya pun penasaran dan memberi umpan , kalau dia sampai mengatakan kebohongan publik berarti memang si teman bohong, Tau ga? dia bilang kalo dia tinggal di Apartemen X sedangkan keluarganya tinggal di Perumahan Y yang mewah itu.. ternyata seorang temen gw, mantan guru di skul gw, satu kantor dengan seorang tetangganya dan menyatakan kalo dia selama ini ngotrak di rumah dan udah diusir sama yang punya rumah karna rumah itu mau direnovasi. PffYuhh ... Cho, apa gunanya dia bohong kaya gitu? (saya mengangkat bahu). Trus, Cho ... dia itu koruptor..." Saya mendelik, saya mengingatkan EK, tidak baik suudzon pada orang lain. Sekarang kalau mau mengeluarkan opini pribadi harus hati2 , salah2 terkena pasal penghinaan. Dia meleletkan lidahnya. "Dia pernah 'makan' uang anak. Gw tau karena anak2 cerita ma gw. Sayangnya ga pernah ada bukti." Suaranya melemah. Kesel tapi tak berdaya. "Dia pinter ngoceh padahal kata2nya ga bernas!!! Dan karenanya kepsek pro banget ma dia. Ah, gw ga mau jadi anak buahnya. Gw mau kluar aja. Minta dimutasi ke skul laen aja." Saya bertanya kenapa. Dengan mengedipkan sebelah matanya dia menjawab "Gw kan jauh lebih pinter daripada dia.He3" Sombong ya? Tapi dalam hati saya mengakui itu. Kecerdasannya merata pada semua aspek. Meskipun gaya bicaranya kadang emosional, kata2nya mengalir logis. "Intinya, Cho. Teman gw ga jujur. Dan lo tau kan kalo orang ga jujur memegang sebuah jabatan? Yang dicari bukan keberasilan dan kebaikan bersama melainkan fasilitas jabatan. untuk kepentingan pribadi Kalo dia jadi kepsek gw, mw dibawa kemana anak2 gw? Diajarin ga jujur. Padahal kejujuran itu penting banget kan untuk pekerjaan apapun apalagi guru. Iya kan?" Saya tidak dapat menjawabnya tapi saya merasa pernyataan dia benar. Kalau jujur pada diri sendiri saja tidak bisa bagaimana terhadap orang lain ya? Saya membalasnya " Iya, jujur kan baik untuk kesehatan apalagi jujur kacang ijo, banyak vitamin" He3. Dia nyengir. " Iya, enak lagi."

Tidak ada komentar: